Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Salam sejahtera untuk kita semuanya, sebagai umat muslim tentu tidak asing dengan yang namanya bahasa arab, bukan hanya karena kita umat muslim saja akan tetapi mempelajari bahasa asing rasanya perlu agar kita semakin luas wawasannya dan tentu menjadi manusia yang berpikir berkemajuan.
Kata kerja merupakan salah satu jenis kalimat yang pasti dipelajari dalam gramatikal bahasa arab. Bukan hanya bahasa arab saja melainkan seluruh bahasa di dunia tentu memerlukan kata kerja, kata benda dan kata sifat dalam penggunaan bahasa sehari-hari.
Penggunaan kata kerja atau kalimat fiil dalam bahasa arab juga terdapat pembahasan yang tidak kalah pentingnya. Dalam bahasa arab terdapat istilah fiil lazim dan fiil muta’addi. Apa yang dimaksud dengan fiil lazim dan fiil mua’asddi. Nah pada kesempatan kali ini kami akan membahas mengenai fiil lazim dan fiil muta’addi. Simak keterangan berikut ini!
Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal kata kerja yang butuh objek (transitif) dan kata kerja yang tidak membutuhkan objek (intransitif). Begitupun dengan Bahasa Arab, berdasarkan kebutuhannya pada objek, fi’il dibagi menjadi dua:
Daftar Isi
Fi’il Lazim (الفِعلُ اللازَّمُ )
Fi’il lazim adalah fi’il yang tidak membutuhkan objek (intransitif). Contohnyaقَامَ (telah berdiri) dan جَلَسَ (telah duduk).
Kedua kata kerja ini secara nalar tidak membutuhkan objek. Misalkan قّمتَّ (Saya telah berdiri) dan جَّلَّستَّ (Saya telah duduk). Maka, kedua kalimat ini sudah sempurna. Sekalipun ada tambahan, maka tambahannya disebut keterangan, bukan objek. Contohnya:
جَلَستُ عَّلى كُرسِّيَّ (Saya telah duduk di atas kursi)
atau contoh kalimat:
قُمتُ في اَّلمَسجِدَّ (Saya telah berdiri di dalam masjid)
Maka, “di atas kursi” dan “di dalam masjid” merupakan keterangan, bukan objek.
Fi’il Muta’addi ( الفِعلُ المُتَعَدِّيَّ )
Fi’il muta’addi adalah fi’il yang membutuhkan objek (transitif). Contohnya adalah كَتَبَ (telah menulis) dan اَكَلَ (telah makan)
Maka secara nalar pemahamannya adalah, kalimat ini masih butuh objek. Apa yang dimakan? Apa yang ditulis? Sehingga, kita masih perlu menambahkan objek di belakangnya. Contohnya:
كَتَبتُ اَّلرِّسَالَةَّ (Saya telah menulis surat)
atau kalimat:
اَكَلْتُ اَّلسَمَكَّ (Saya telah memakan ikan)
dengan tambahan “surat” dan “ikan” barulah dua kalimat di atas menjadi sempurna.
Hukum Fiil Muta’addi
Hukum fiil muta’addi adalah menashabkan maf’ul bih yang tidak menjadi nauibul fail. Adapun yang disebut dengan maf’ul bih ialah objek setelah adanya fiil dan fail. Sedangkan naibul fail ialah pengganti fail atau pengganti pelaku atau subjek.
Tanda Tanda Fiil Muta’addi
Tanda-tanda fiil muta’addi yaitu:
- Dapat disambung dengan HA’ dhomir yang tidak merujuk pada mashdar (dhomir maf’ul bih)
- Dapat dibentuk menjadi sighot maf’ul tam (tanpa didahului huruf jar)
Terdapat sebagian ulama yang berpendapat bahwa kalimat fiil terbagi menjadi tiga bagian yaitu; fiil lazim, fill muta’addi dan fiil tidak lazim juga tidak muta’addi. Fiil yang tidak lazim dan tidak muta’addi yaitu untuk كان وأخواتها, sebab كان وأخواتها tidak menashobkan maf’ul bih juga tidak dapat di muta’addikan dengan huruf jar.
Jadi yang disebut dengan kalimat fiil lazim dan muta’addi ialah kalimat yang tidak membutuhkan objek dan kalimat kalimat yang membutuhkan objek sebagai penjelas kalimat tersebut.
Demikian pembahasan tentang fiil lazim dan muta’addi yang dapat kami sampaikan. Semoga dapat memberi pemahaman dan pengetahuan bagi para pembaca sekalian. Wasaalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.