Sunan Bonang – Nyamankubro

Sunan Bonang

3 min read

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Di Indonesia terdapat sekelompok penyebar agama islam yang terdiri dari sembilan orang wali. Ya merekalah yang dinamakan dengan walisanga atau walisongo. Walisongo berarti sembilan orang wali yang bertugas menyebarkan agama di seluruh wilayah nusantara.

Biografi Sunan Bonang

Menurut sejarah sunan Bonang merupakan putra keturunan dari sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila putri Aryo Tejo tumenggung Majapahit yang berkuasa di wilayah Tuban. Nama aslinya Sunan Bonang ialah Raden Maulana Makdum Ibrahim yang menyebarkan islam di wilayah Bonang, Tuban dan Lasem.

Kelahiran Sunan Bonang

Dari wilayah dakwahnya tersebut kemudian Raden Maulana Makdum Ibrahim oleh masyarakat dikenal dengan sebutan atau gelar Sunan Bonang. Sunan Bonang lahir pada tahun 1465 M dan wafat pada tahun 1525 M. Sunan Bonang berumur 60 tahun.

Makam Sunan Bonang

Menjelang bulan Ramadhan biasanya banyak dari umat muslim yang melaksanakan ziarah ke makam-makam para waliyullah untuk mencari keberkahan. Agar diberi keberkahan dalam hidup, keistikomahan menjalani ibadah dan amal kebaikan.

Makam sunan merupakan salah satu tujuan dari sekian banyak makam waliyullah yang diziarahi oleh para peziarah. Letak makam sunan bonang tidak jauh dari alun-alun kota Tuban. Tepatnya berada di belakang masjid Agung Tuban. Untuk menuju lokasi makam peziarah diharuskan berjalan di sebuah gang yang tidak jauh dari masjid Agung Tuban.

Jadi bagi teman-teman yang ingin berziarah ke makam sunan Bonang ini cukup mudah mencari lokasinya. Tinggal menuju daerah Tuban Jawa Timur kemudian menuju alun-alun Tuban dan disana nantinya bisa mencari masjid Agung Tuban dan tidak jauh dari sanalah letak makam Sunan Bonang berada.

Akan tetapi ada pendapat yang juga mengatakan bahwa makam sunan Bonang berada di wilayah Tuban dan Madura Jawa Timur.

Pasujudan Sunan Bonang

Salah satu petilsan atau peninggalan Sunan Bonang yang masih dijaga hingga saat ini ialah tempat pasujudan sunan Bonang. Pasujudan sunan Bonang terletak di desa Bonang, kecamatan Sluke kabupaten Rembang.

Letaknya 17 KM di sebelah timur kota Rembang ke arah jurusan Surabaya. Pasujudan sunan Bonang berwujud sebuah batu yang terdapat bekas sujudnya sunan Bonang.

Menurut cerita yang masyhur disana pasujudan sunan Bonang zaman dahulu adalah batu yang digunakan oleh sunan Bonang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sujudnya sunan Bonang itu sangat lama sehingga batu tersebut membentuk bekas kepalanya sunan Bonang. Hingga saat ini pasujudan sunan Bonang dikeramatkan oleh masyarakat di sana.

Cara Dakwah Sunan Bonang Dengan Gamelan

Cara dakwah yang disajikan oleh sunan Bonang ialah dengan memadukan kebudayaan atau pencampuran kebudayaan dari budaya adat yang ada kemudian diarahkan ke dalam ajaran-ajaran Islam.

Sunan Bonang menggunakan kesenian rakyat seperti pertunjukan wayang kulit dan permainan gamelan (bonang) sebagai media dakwahnya agar masyarakat tertarik. Gamelan bonang merupakan jenis alat kesenian daerah yang yang terbuat dari kuningan dan berbentuk bulat dan terdapat benjolan di tengahnya.

Jika dipukul dengan kayu lunak maka akan timbul suara yang merdu, terlebih lagi jika diaminkan oleh sunan Bonang maka masyarakat sekitar akan berdatangan untuk mendengarkannya.

[su_note note_color=”#faf7f2″ text_color=”#0c0b0b” radius=”8″]Baca Juga : Biografi Sunan giri[/su_note]

Dakwah Dengan Karya Sastra

Bukan hanya dengan gamelan saja sunan Bonang juga berdakwah dengan menggunakan karya sastra yang berbentuk tembang atau suluk. Selain dikenal sebagai orang mahir memainkan gamelan atau bonang, sunan Bonang juga pandai dalam menggubah tembang tamsil atau suluk.

Salah satu syair atau tembang atau suluk karya sunan Bonang yang terkenal dan bahkan dinyanyikan sampai saat ini ialah lagu “Tombo ati” atau penyembuh jiwa.

Suluk sebenarnya  dalam bahasa arab bermakna menempuh jalan atau thariqah atau tasawuf. Jika disampaikan dalam bentuk nyanyian atautembang maka disebut dengan istilah suluk, sedangkan bila disampaikan dalam bentuk prosa maka disebut dengan wirid.

Kisah Sunan Bonang Dengan Brahma Sakti

Sunan Bonang dikenal memiliki ilmu dan kesaktian yang sangat tinggi, namun beliau tidak pernah sombong, karena beliau paham tidak ada yang lebih sakti dibandingkan Allah. Ilmu dan kesaktian Sunan Bonang telah mengubah kiblat masyarakat untuk bisa memeluk agama Islam tanpa harus terpaksa

Hingga akhirnya berita mengenai kehebatan atau keberadaan Sunan Bonang ini terdengar hingga ke telinga para pendeta atau brahmana di India.

Menentang Kesaktian Sunan Bonang

Seorang Brahmana dari India bernama Sakyakirti bahkan rela mengarungi laut menuju Pulau Jawa hanya untuk menantang Sunan Bonang. Ia dan rombongan bersama murid-muridnya berlayar dengan membawa kitab¬kitab referensi untuk digunakan dalam beradu debat.

Ketika berada di tengah lautan, ia kemudian berdiri dengan sombong di atas geladak kapal dan bersumpah akan menebas leher Sunan Bonang bila ia menang dan bertekuk lutut jika kalah.

Kesombongan Brahmana Tenggelam Bersama Badai

ketiak kapal mereka menuju perairan Tuban, tiba-tiba badai datang dan menghantam kapal yang mereka tumpangi. Berbagai cara dilakukan oleh brahmana untuk menghalau badai, tetapi yang terjadi ia kehabisan tenaga dan kapal yang ditumpangi tenggelam.

Ia kemudian mencari beberapa potongan kayu yang ada untuk menyelamatkan diri dan menolong para muridnya. Sesampainya di pesisir, ia sudah tidak lagi memiliki kitab referensi yang susah payah didapatkannya yang niatnya akan digunakan untuk berdebat.

Bertemu Dengan Orang Berjubah Putih

Meskipun telah kehilangan semuanya, keinginan Brahmana untuk berdebat dengan Sunan Bonang tidak surut sedikit pun. Brahmana dan semua muridnya terdampar di pesisir pantai yang tak di kenalinya.

Bahkan tak ada seorang pun yang bisa ditanyai saat itu, kecuali satu orang berjubah putih yang menggunakan tongkat. Brahmana beserta para muridnya itu akhirnya berlari mengejar orang tersebut dan menceritakan apa yang terjadi padanya.

[su_note note_color=”#faf7f2″ text_color=”#0c0b0b” radius=”8″]Baca Juga : Biografi Sunan Gunung Jati[/su_note]

Keluarnya Air Bersama Kitab-Kitab Yang Telah Tenggelam

Brahmana akhirnya menceritakan niat hatinya untuk berdebat agama dengan Sunan Bonang, dan menceritakan masalah kitab-kitabnya yang hanyut tenggelam. Tanpa berpikir panjang, orang dengan jubah putih itu kemudian mencabut tongkatnya dan keluarlah air segar dari tempat tersebut.

Brahmana akhirnya dibuat kaget dengan munculnya kitab-kitab bersama keluarnya air tersebut. Ia memeriksa apakah itu benar kitab-kitabnya yang telah hanyut tadi.

Brahmana Bersujud Di Kaki Sunan Bonang

Melihat kejadian tersebut, Brahmana memberanikan untuk bertanya dimanakah mereka terdampar saat itu, ketika orang berjubah putih mengatakan itu adalah daerah Tuban, maka seketika Brahmana bertekuk lutut menyembah Sunan Bonang diikuti oleh para muridnya.

Sunan Bonang menyuruh mereka berdiri dan mengajak serta meyakinkan mereka akan tujuan utama mereka untuk berdebat. Namun sang brahmana merasa malu dan mengurungkan niatnya.

[su_note note_color=”#faf7f2″ text_color=”#0c0b0b” radius=”8″]Baca Juga : Biografi Sunan Kudus[/su_note]

Brahmana Masuk Islam

Hati Brahmana sangat ketakutan karena semua kitab yang dipelajarinya terbukti benar. Dan dengan kejadian tersebut ia malu dan memutuskan untuk belajar Islam dari Sunan Bonang.

Ia kemudian memeluk Islam tanpa harus dipaksa. Selain itu para murid serta pengikut Brahmana juga mengikuti jalannya untuk berganti menjadi murid Sunan Bonang dan memeluk agama Islam.

 

Sunan Muria

Fathur Rozi
5 min read

Sunan Gresik

Fathur Rozi
4 min read

Sunan Drajat

Fathur Rozi
3 min read

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *