Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Sunan Kalijaga adalah putra Tumenggung Wilatikta Bupati Tuban. Sunan Kalijaga dikenal sebagai tokoh Wali Songo yang mengembangkan dakwah Islam melalui seni dan budaya.
Sunan Kalijaga termasyhur sebagai juru dakwah yang tidak saja piawai mendalang tetapi juga dikenal sebagai pencipta bentuk-bentuk wayang dan lakon-lakon carangan yang dimasuki ajaran Islam.
Melalui pertunjukan wayang, Sunan Kalijaga mengajarkan tasawuf kepada masyarakat. Sunan Kalijaga dikenal sebagai tokoh keramat oleh masyarakat dan dianggap sebagai wali pelindung Jawa.
Asal-Usul Dan Nasab Sunan Kalijaga
Raden Sahid yang kelak dikenal dengan sebutan Sunan Kalijaga adalah putra Tumenggung Wilatikta, Bupati Tuban. Selain Raden Sahid, Sunan Kalijaga dikenal dengan sejumlah nama lain, yaitu Syaikh Melaya, Lokajaya, Raden Abdurrahman, Pangeran Tuban, dan Ki Dalang Sida Brangti.
Nama-nama tersebut memiliki kaitan erat dengan sejarah perjalanan hidup tokoh Wali Songo ini dari sejak bernama Sahid, Lokajaya, hingga Sunan Kalijaga. Menurut Babad Tuban, kakek Sunan Kalijaga yang bernama Aria Teja, nama aslinya adalah Abdurrahman, orang keturunan Arab.
Karena berhasil mengislamkan Adipati Tuban yang bernama Aria Dikara, Abdurrahman mengawini putri Aria Dikara. Ketika menggantikan kedudukan mertuanya sebagai Bupati Tuban, Abdurrahman menggunakan nama Aria Teja. Dari perkawinan dengan putri Aria Dikara ini, Aria Teja memiliki putra bernama Aria Wilatikta.
Sebelum menikah dengan putri Aria Dikara, Aria Teja telah menikah dengan putri Raja Surabaya yang bernama Aria Lembu Sura. Dari pernikahan itu, Aria Teja memiliki seorang putri yang dikenal dengan nama Nyai Ageng Manila yang kelak diperistri Sunan Ampel.
Kisah sunan kalijaga
Kisah awal tokoh yang kelak dikenal dengan sebutan Sunan Kalijaga ini dimulai dengan kisah mengenai masa mudanya yang diliputi kenakalan, dengan kegiatan-kegiatan tercela: suka berjudi, minum minuman keras, mencuri sampai diusir oleh orang tuanya yang malu dengan kelakuan putranya.
Namun, dengan diusir, dia tidak menjadi baik, malah semakin nakal dengan menjadi perampok yang membuat kerusuhan di Hutan Jatisari dan membuat semua orang ketakutan. Dengan kenakalan yang tidak lazim, yang berlanjut menjadi perampok yang tidak segan membunuh orang, Raden Sahid dikenal dengan sebutan Lokajaya.
Namun, atas dakwah Sunan Bonang, yang saat dirampok mampu menunjukkan kesaktian mengubah buah aren menjadi emas, Raden Sahid bertobat dan berusaha keras menjadi manusia agung yang mulia, yang bahkan akhirnya menjadi salah seorang anggota WaliSongo.
Selain nama Lokajaya dan Raden Sahid, Sunan Kalijaga pada awalnya juga disebut dengan nama Syaikh Melaya. Serat Walisana menjelaskan bahwa nama Syaikh Melaya yang digunakan Sunan Kalijaga, berkaitan dengan fakta bahwa ia adalah putra Tumenggung Melayakusuma di Jepara.
Dakwah Sunan Kalijaga
Babad Demak menuturkan bahwa Raden Sahid putra Adipati Wilatikta mengawali dakwah di Cirebon, tepatnya di desa Kalijaga, untuk mengislamkan penduduk Indramayu dan Pamanukan. Setelah lama berdakwah, Raden Sahid kemudian melakukan laku ruhani dengan melakukan uzlah di Pulau Upih.
Setelah melakukan uzlah selama tiga bulan lebih sepuluh hari, laku ruhani Raden Sahid diterima Tuhannya, ia diangkat menjadi wali dengan gelar Sunan Kalijaga. Banyak orang menjadi pengikutnya dan mengabdi kepada Tuhan.
Babad Cerbon menuturkan bahwa Sunan Kalijaga tinggal selama beberapa tahun di Desa Kalijaga dengan mula-mula menyamar sebagai pembersih Masjid Sang Cipta Rasa. Di masjid itulah Sunan Kalijaga bertemu dengan Sunan Gunung Jati yang kemudian menikahkannya dengan adiknya yang bernama Siti Zaenab.
Seperti wali-wali lain, dalam berdakwah, Sunan Kalijaga sering mengenalkan Islam kepada penduduk lewat pertunjukan wayang yang sangat digemari oleh masyarakat yang masih menganut kepercayaan agama lama.
Dengan kemampuannya yang menakjubkan sebagai dalang yang ahli memainkan wayang, Sunan Kalijaga selama berdakwah di Jawa bagian barat dikenal penduduk sebagai dalang yang menggunakan berbagai nama samaran. Di daerah Pajajaran, Sunan Kalijaga dikenal penduduk dengan nama Ki Dalang Sida Brangti.
Di daerah Tegal, Sunan Kalijaga dikenal sebagai dalang barongan dengan nama Ki Dalang Bengkok. Di Daerah Purbalingga, Sunan Kalijaga dikenal sebagai dalang topeng dengan nama Ki Dalang Kumendung; sedangkan di Majapahit dikenal sebagai dalang dengan nama Ki Unehan.
Letak Makam Sunan Kalijaga
Makam Sunan Kalijaga terletak di tengah kompleks pemakaman Desa Kadilangu yang dilingkari dinding dengan pintu gerbang makam.
Area makam Sunan Kalijaga masih di dalam Kota Demak kira-kira berjarak sekitar 3 km dari Masjid Agung Demak. Seperti makam Wali Songo umumnya, makam Sunan Kalijaga berada di dalam bangunan tungkub berdinding tembok dengan hiasan dinding terbuat dari kayu berukir.
Tidak ada satu pun catatan dari naskah-naskah historiografi yang menetapkan kapan Sunan Kalijaga wafat, kecuali bahwa wali termasyhur ini wafat dan dikebumikan di Kadilangu dekat Demak. Sunan Kalijaga digambarkan sebagai wali berusia lanjut dan mengalami perubahan sejak zaman Majapahit akhir, Demak, Pajang, hingga masa awal Mataram.
Sunan Kalijaga dianggap sebagai pelindung Kerajaan Mataram. Putra Sunan Kalijaga yang bernama Sunan Adi, menjadi penasihat ruhani penguasa Mataram awal Panembahan Senapati.
Dewasa ini, di daerah pedalaman Jawa, keberadaan Sunan Kalijaga menjadi kiblat panutan dari masyarakat muslim tradisional yang memuliakan tidak saja makamnya, melainkan juga warisan nilai-nilai seni budaya dan ajaran ruhani (tarekat) yang ditinggalkannya.