Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dalam kisah tanah jawa tentu berkaitan erat dengan para tokoh walisongo yang menyebarkan ajaran agama Islam di tanah jawa. Salah satu tokoh yang akan kami bahas pada kesempatan kali ini ialah Sunan Giri.
Biografi Sunan Giri
Sunan Giri dikenal memiliki banyak nama lain, nama lain dari sunan Giri ialah Raden Paku, Prabu Satmata, Sultan Abdul Faqih, raden Ainul Yaqin dan Joko Samudra. Beliau merupakan salah satu dari sembilan wali atau walisongo yang menempati daerah Desa Giri, Kebomas Gresik Jawa Timur.
Sunan Giri lahir di Desa Blambangan (Banyuwangi) pada 1442 M. Beliau meninggal pada tahun 1506 M dimakamkan di Desa Giri Kebomas Gresik. Sunan Giri membangun Giki Kedaton sebagai pusat penyebaran agama Islam di tanah Jawa yang berpengaruh hingga ke Madura.
[su_note note_color=”#faf7f2″ text_color=”#0c0b0b” radius=”8″]Baca Juga : Biografi Sunan Gunung Jati[/su_note]
Kisah Sunan Giri Dihanyutkan
Terdapat pendapat yang mengatakan bahwa sunan giri merupakan buah hantu dari pernikahan maulana Ishaq, seorang mubaligh dari Asia tengah dengan pasangannya Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu yang merupakan penguasa wilayah Blambangan pada masa akhir kerajaan Majapahit.
Akan tetapi kelahiran Sunan Giri ini dianggap telah membawa kutukan berupa wabah penyakit di wilayah tersebut. Sehingga ia dipaksa oleh ayahnya (Prabu Menak Sembuyu) untuk membuang anak yang baru dilahirkannya tersebut, maka dengan suka rela Dewi Sekardadu menghanyutkan anaknya itu ke laut (selat Bali sekarang).
Namun terdapat versi lain yang mengatakan bahwa pernikahan Dewi Sekardadu dengan Maulana Ishaq tidak mendapat respon yang baik dari dua patih yang mulanya ingin mempersunting Dewi Sekardadu (putri tunggal Menak Sembuyu) sehingga bila menjadi suaminya maka merekalah yang akan mewarisi thata kerajaan.
Dari alasan itu sehingga ketika sunan Giri lahir, dan untuk mewujudkan ambisinya itu maak mereka membuang bayi sunan Giri ke laut dengan cara dimasukan ke dalam peti.
Bayi tersebut lantas ditemukan oleh awak kapal yang kemudian diambil lalu dibawa ke Gresik. Di Gresik sunan Giri bayi di adopsi oleh seorang saudagar perempuan pemilik kapal yaitu Nyai Gede Pinatih, bayi tersebut lalu diberi nama Joko Samudro karena ditemukan di laut.
Joko Samudro hidup bersama Nyai Gede Pinatih hingga dewasa. Setelah dewasa ia dibawa ibunya ke Ampeldenta (Ampel Surabaya) untuk belajar agama kepada Sunan Ampel, yang nantinya Joko Samudra ini menjadi murid kesayangannya.
Sunan Giri Belajar Kepada Sunan Ampel
Tidak membutuhkan waktu lama sunan Ampel dapat mengetahui bahwa Joko Samudro ialah anak dari Maulana Ishaq. Sunan Giri di Ampel menjadi murid kesayangan dari Sunan Ampel. Hingga pada akhirnya beliau mengirimkan sunan giri dan Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang) untuk belajar agama Islam ke Pasai.
Hal itu dilakukan sebelum sunan Ampel melaksanakan ibadah haji. sesampainya di Pasai, merek berdua diterima dengan senang hati oleh Maulana Ishaq yang tidak lain ialah ayah dari Sunan Giri sendiri. Dari sinilah kemudian Sunan Giri mengetahui bagaimana sejarah perjalanannya ketika masa bayi dahulu.
Sunan Giri Kembali Ke Tanah Jawa
Setelah belajar kepada ayahnya selama tiga tahun kemudian raden paku (nama lain sunan Giri) atau yang lebih dikenal juga dengan nama Raden Ainul Yaqin mendapatkan perintah dari gurunya untuk kembali ke tanah Jawa guna untuk mengembangkan ajaran agama Islam di daerah Jawa.
Bekal agama yang diperoleh dari ayahnya tersebut kemudian dibawa ke tanah Jawa. Raden Ainul Yaqin berkelana untuk mencari wilayah yang dimaksudkan oleh ayahnya tersebut. Hingga kemudian Raden Ainul yaqin bertafakkur meminta petunjuk dari Allah SWT.
Setelah bertafakkur kemudian Raden Ainul Yaqin mendapatkan petunjuk dari Allah SWT. dengan adanya pancaran cahaya. Tanpa rasa ragu kemudian Raden Ainul Yaqin mendatangi tempat yang bercahaya tersebut dan ternyata daerah tersebut sama dengan tanah yang diberikan oleh ayahnya.
Sunan Giri Mulai Berdakwah
Setelah mendapatkan bukti yang kuat bahwa wilayah tersebut adalah sebagaimana yang dimaksud oleh ayahnya, maka sunan Giri mulai berdakwah. Sunan Giri kemudian mendirikan pondok pesantren Giri. Letaknya berada di sebuah perbukitan di Desa Sidomukti, Kebomas Gresik.
Pada tahun Saka Nuju tahun Jawi Sinong milir atau 1403 saka. Inilah pondok pesantren pertama yang berada di daerah Gresik. Pondok pesantren Giri inilah kemudian dikenal oleh masyarakat sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam di Jawa.
Pesantren tersebut kemudian memberikan pengaruh yang begitu luar biasa hingga ke berbagai daerah seperti Madura, Lombok, Kalimantan, Sumbawa, Sumba, Flores, Ternate, Sulawesi dan Maluku.
[su_note note_color=”#faf7f2″ text_color=”#0c0b0b” radius=”8″]Baca Juga : Biografi Sunan Kudus[/su_note]
Berkembang Menjadi Kerajaan
Dengan meluasnya pengaruh dan banyaknya pengikut dari sunan Giri ini kemudian Sunan Giri atau Raden Paku mendapat julukan sebagai Raja dari Bukit Giri. Hal ini membuat perkembangan pesantren semakin besar hingga akhirnya berubah menjadi kerajaan yang disebut kerajaan Giri.
Kerajaan Giri Kedaton hingga akhirnya berhasil menguasai wilayah Gresik dan sekitarnya yaitu selama beberapa generasi. Namun pada suatu masa akhirnya ditumbangkan oleh sultan Agung. Sunan Giri meninggalkan beberapa karya seni tradisional yang berhasil diciptakan selama masa kejayaannya.
Beberapa karya seni tradisional ini oleh masyarakat jawa sering dihubungkan dengan sunan Giri, karya tersebut yaitu permainan anak seperti jelungan, jor, Gula-ganti, Lir-ilir dan Cublak-cublak Suweng. Selain itu terdapat pula beberapa lagu atau gendhing seperti Pada Asmaradhana dan pucung.