Sunan Ampel
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Sunan merupakan julukan bagi para Wali Allah yang menyeberkan ajaran agama Islam di tanah jawa. Sunan ini berjumlah sembilan orang yang umumnya diketahui oleh kebanyakan masyarakat. Nah pada kesempatan kali ini kami akan membahas mengenai Sunan Ampel.
Biografi Sunan Ampel
Sunan Ampel memiliki nama asli yaitu Raden Rahmat. Kemudian beliau mendapat gelar Sunan dari kewaliannya. Adapun nama Ampel atau ada juga yang menyebutkan Ampel Denta yaitu karena wilayah tempat tinggalnya yang berada di daerah Ampel (Daerah Surabaya).
Raden Rahmat dilahirkan di daerah Champa pada tahun 1401 M. namun daerah yang dikatakan wilayah Champa tersebut hingga saat ini para ahli sejarah belum dapat menyimpulkan berada di daerah mana sebab belum ditemukannya prasasti atau pernyataan tertulis yang menunjukan Champa tersebut terdapat di wilayah Malaka atau kerajaan Jawa.
Akan tetapi menurut Saifuddin Zuhri (1979) meyakini bahwa yang dimaksud Champa merupakan bahasa lain dari Jeumpa yang merupakan bahasa Aceh. Sehingga menurutnya Champa merupakan bagian dari wilayah kerajaan Aceh.
Menurut pendapat lain dari Buya hamka (1981) mengatakan pendapat yang sama yaitu chempa bukanlah Indo China, sebagaimana dalam ensiklopedia van Nederlandsch Indie, Chempa berada di Aceh.
Sunan Ampel atau juga dikenal dengan Raden Rahmat merupakan putra dari Maulana Malik Ibrahim atau Maulana Maghribi yang dikenal dengan sebutan Sunan gresik. Adapun ibunda Sunan Ampel ialah Dewi Candrawulan yang merupakan saudara kandung dari Putri Dwarawati Murdiningrum, ibu dari raden fatah istri dari Raja Majapahit Prabu Brawijaya V.
Sunan Ampel sendiri memiliki dua orang Istri yaitu Dewi Karimah dan Dewi Chandrawati. Dari pernikahan yang pertama Sunan Ampel dikaruniai dua orang anak yaitu Dewi Murtasih yang dikemudian hari menjadi istri dari Raden Fattah yang menjadi Sultan pertama kerajaan islam Demak Bintoro. Anak yang kedua yaitu Dewi Murtasimah yang menjadi Istri dari Raden Paku atau Sunan Giri.
Adapun pernikahan dengan istri kedua yaitu Dewi Chandrawati dikaruniai lima orang anak, Siti Syare’at, Siti Mutmainnah, Siti Sofiah, Raden Maulana Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang dan Syarifuddin atau dikenal dengan Raden Kosim yang nantinya disebut dengan Sunan Drajat dan ada juga yang menyebutnya sebagai Sunan Sedayu.
[su_note note_color=”#faf7f2″ text_color=”#0c0b0b” radius=”8″]Baca Juga : Sunan Gunung Jati , Sunan Kudus, Sejarah Walisongo [/su_note]
Pangeran Kerajaan Champa
Sebagaimana sedikit dibahas diatas bahwasanya Sunan Ampel berkelahiran di champa. Nah Sunan Ampel ini merupakan keturunan ningrat atau seorang pangeran. Beliau adalah keponakan dari Raja Brawijaya Majapahit. Akan tetapi dengan statusnya yang demikian tidak membuatnya memiliki sifat yang angkuh namun justru menjadi pionir dalam menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa.
Terdapat juga pendapat yang mengatakan bahwa tanah yang dibangun masjid di wilayah Ampel Denta merupakan hadiah dari Raja Majapahit karena telah mendidik dan memberikan pengaruh kepada keluarga kerajaan Majapahit.
Letak Makam Sunan Ampel
Sunan Ampel wafat bertepatan dengan tahun 1481 M di Demak, Sunan Ampel dimakamkan di sebelah barat masjid yang dibangun di atas tanah pemberiandari kerajaan Majapahit tersebut (sekarang daerah Ampel Surabaya).
Jadi lokasi pembangunan masjid tersebut memang masih dalam wilayah kerajaan Majapahit. Masjid tersebut hingga saat ini masih kokoh dengan arsitektur jawa Kuno dan masih dipertahankan hingga saat ini hanya beberapa komponen yang diganti karena termakan usia.
Masjid Sunan Ampel merupakan masjid terbesar kedua di daerah Surabaya sampai pada tahun 1905. Sejarah mencatat masjid Sunan Ampel ini merupakan tempat bertemu dan berkumpulnya para ulama dan Wali Allah untuk membahas penyebaran Islam di tanah Jawa.
Sumur Peninggalan Sunan Ampel
Pada komplek masjid Sunan Ampel terdapat sumur bersejarah. Sumur tersebut saat ini ditutup dengan besi. Banyak orang yang meyakini bahwa sumur tersebut memiliki kelebihan mirip seperti sumur zam-zam yang ada di Makkah. Sehingga banyak pengunjung yang membawa botol saat berkunjung ke sana untuk mendapatkan air tersebut.
Di belakang masjid Sunan Ampel tersebut hingga saat ini terdapat beberapa gentong yang sengaja disediakan untuk tempat air yang ditujukan pagi para peziarah yang menginginkan untuk meminum air tersebut.
Filosofi Moh Limo Sunan Ampel
Salah satu peninggalan Sunan Ampel yang masih melekat dan kental akan makna hingga saat ini ialah pelajaran MOLIMO atau MOH LIMO. Molimo atau Moh Limo sendiri bila diuraikan maknanya maka mengandung makna sebagai berikut:
- Moh Main artinya tidak mau berjudi (jangan sampai terjerumus dengan berjudi)
- Moh Ngombe artinya tidak mau minum-minuman keras (jangan sampai mabuk-mabukan)
- Moh Maling artinya tidak mau mencuri (meninggalkan perbuatan mencuri atau mengambil hak orang lain)
- Moh Madon artinya yaitu tidak mau bermain perempuan atau berzina
- Moh Madat artinya ialah tidak mau menghisap atau memakai obat-obatan terlarang seperti sabu-sabu, ganja dan sejenisnya.