Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Membahas Periodisasi sejarah rasanya wajib untuk menyertakan reverensi baik dari jurnal, website resmi atau buku-buku yang berkaitan sejarah. Tujuannya adalah agar sejarah yang kita sampaikan bukanlah sejarah hasil khayalannya sendiri.
Alasan yang lain adalah agar untuk mengembangkan informasi mengenai sejarah dari sumber yang falid dan tidak sembarangan. Pada pembahasan kali ini kami menggunakan jurnal yang ditulis oleh Bpk. Munawir Sjadzali. Beliau merupakan menteri agama pada kabinet pembangunan pada masa Presiden Soeharto.
Dari banyaknya perbedaan pendapat tersebut terdapat suatu kesimpulan yang dapat pahami bahwa bahwa periode klasik dimulai dari abad VII – XIII M., sementara periode pertengahan dimulai dari abad XIII – XIX M.Untuk periode modern dimulai dari abad XIX – XX M.
Periode Klasik
Masa klasik ini dimulai sejak zaman Nabi Muhammad saw. sampai dengan masa abbasiyah. Periode klasik dalam Islam berbeda dengan periode klasik dalam dunia Barat. Dalam dunia Islam, masa klasik dimulai dari masa Rasulullah.
Sementara dalam dunia Barat masa klasik dimulai dari Yunani. Oleh sebab itu, dalam tulisan ini dibahas masa klasik dalam dunia Islam, antara lain dari masa Nabi saw. sekitar abar VII hingga masa dinasti abbasiyah skitar abad XII.
Keistimewaan Periode Klasik
Keistimewaan pada masa Nabi dan Khulafa al-Rasyidin adalah periode Madinah sebagai pusat pemerintahan yang dijiwai ajaran Islam. Inti pelajaran agama terpusat langsung dari sumber aslinya, yakni memahami dan mengamalkan ajaran al-Qur`an dan Hadis.
Ilmu-ilmu keislaman yang lain belum tumbuh atau belum ada. Oleh karena al- Qur`an secara langsung dikaji, digeluti, dan direnugkannya maka pemikiran dan pengamalan Islam tumbuh dan berkembang secara sinkron (serempak antara zikir, piker, dan amal perbuatan nyata.
Pada masa Nabi, ijtihad belum berkembang secara menonjol karena hampir segala masalah bisa langsung ditanyakan kepada Nabi dan jawabannya bisa dengan turunnya wahyu.
Berkembangnya Ijtihad
Dalam perkembangannya, ijtihad mulai berkembang dan sangat dibutuhkan pada masa khulafaur rasyidin dan yang berkelanjutan dalam masa pemerintahan bani Umayah di Damaskus.
Ijtihad ini kemudian mengalami perkembangan yang amat subur dan amat indah dalam masa kebesaran Bani Abbasiyah dengan ibu kota kerajaan di Baghdad.
Salah satu bukti ijtihad yang terjadi pada masa sahabat adalah ijtihad yang dilakukan oleh khalifah Umar bin Khattab. Diantara persoalan-persoalan yang pernah dibahas oleh ijtihad khalifah Umar adalah:
- tidak memberikan zakat kepada muallaf
- tidak membagikan tanah rampasan perang kepada tentara yang ikut perang dan lain sebagainya.
Pembentukan Departemen
Selain itu, pada masa khulafaur rasyidin juga telah berhasil membuat dasar-dasar bagi suatu pemerintahan yang demokratis dengan sistem pemilihan khalifah yang berprinsip pada musyawarah, mengatur administrasi Negara dengan membentuk departemen-departemen.
Departemen tersebut antara lain keuangan, pertahanan, hukum, ekonomi, dan pengembangan pengetahuan. Selain itu juga dibentuk lembaga eksekutif (khalifah), legislatif (dewan syura), dan yudikatif (qadhi) dan jabatan lainnya yang menangani kepentingan publik.
Periodisasi Islam menurut Harun Nasution, masa klasik tersebut dibagi menjadi dua masa, yaitu masa kemajuan Islam I yang dimulai dari tahun 650 s/d 1000 M. dan masa Disintegrasi yang dimulai dari tahun 1000 s/d 1250 M .
Masa Kemajuan Islam Pertama
Masa pertama ini dikenal sebagai masa ekspansi, integrasi, dan keemasan Islam. Secara sederhana, dapat diringkas melalui skema di bawah ini:
Dalam hal ekspansi (perluasan wilayah), sebelum Nabi wafat, seluruh Semenanjung Arabia telah berada di bawah kekuasaan Islam. Sementara ekspansi ke daerah-daerah luar Arabia dimulai pada zaman khalifah pertama, yaitu khalifah Abu Bakar.
Untuk melihat pemikiran Islam yang muncul pada masa kemajuan Islam pertama ini, maka dapat dilihat dari Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah.
Masa Dinasti Umayyah
Pada masa Dinasti Umayyah, telah menghasilkan beberapa pemikiran. Diantara pemikiran yang muncul pada masa ini adalah pemikiran di bidang tafsir, hadis, fikih, dan ilmu kalam.
Dengan demikian, di zaman ini muncul beberapa tokoh muslim seperti Hasan al-Basri, ibn Shihab al-Zuhri dan Wasil bin Atha`. Yang menjadi pusat dari kegiatan-kegiatan ilmiah ini adalah Kufah dan Basrah di Irak.
Dinasti Abbasiyah
Pada masa Dinasti Abbasiyah ini, Islam dikenal sebagai masa integrasi.Disebutnya masa integrasi karena pada masa inilah pertama kalinya dalam sejarah terjadi kontak antara Islam dengan kebudayaan Barat yaitu kebudayaan Yunani klasik yang terdapat di Mesir, Suria, Mesopotamia, dan Persia.
Integrasi Dalam Bidang Bahasa
Diantara integrasi yang terjadi pada zaman Abbasiyah ini adalah integrasi dalam bidang bahasa. Di mana bahasa al-Qur`an yaitu bahasa Arab dipakai di mana-mana. Bahasa Arab telah menggantikan bahasa Yunani dan bahasa Persia sebagai bahasa administrasi. Bahasa Arab juga menjadi bahasa ilmu pengetahuan, filsafat dan diplomasi.
Masa Puncak Penalaran
Masa Dinasti Abbasiyah dalam sejarah diketahui sebagai masa umat islam berada dalam puncak penalaran, daya cipta, dan penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sekarang memberikan kontribusi bagi peradaban Barat sekarang. Pada masa ini, umat Islam telah berhasil membangun sistem peradaban.
Kemajuan Ilmu Pengetahuan
Islam pada masa dinasti abbasiyah ini menunjukkan konsepsinya yang menjadi karakteristiknya terutama dalam bidang ilmu pengetahuan. Semangat mempelajari hasil-hasil peradaban kuno sangat menggebu.
Kemajuan Bidang Infrastruktur
Khalifah Harun al-Rasyid juga menggunakan kekayaan Negara untuk mendirikan rumah sakit, membiayai pendidikan kedokteran dan farmasi.
Kemajuan Ilmu Pengetahuan
Perpustakaan-perpustakaan besar serta pusat-pusat penerjemahan didirikan, buku- buku penting yang berisi ilmu pegetahuan, kedokteran dan filsafat Barat dan Timur dikumpulkan dan diterjemahkan oleh orang- orang Kristen dan Yahudi, dari bahasa Yunani, Latin, Persia, Koptik, Syiria ke dalam bahasa Arab.
Di samping itu, Harun al-Rasyid juga mengirim utusan ke Romawi untuk mencari buku-buku pengetahuan yang akan diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab.
Melahirkan Banyak Cendekiawan Muslim
Kegiatan penerjemahan ini juga melahirkan cendikiawan-cendikiawan dan filsuf yang masyhur, seperti al-Kindi (801- 866 M), ar-Razi (864-926 M), al-Farabi (850-950 M), Ibnu Sina (908-1037 M), Ibnu Maskawaih (941-1030 M), dan al-Ghazali (1051-1111 M).
Kemajuan Ilmu Kedokteran
Ilmu kedokteran masuk ke dalam Islam melalui terjemahan pada masa Abbasiyah oleh para penerjemah dari Jundisabur. Ilmu kedokteran Islam lahir sebagai pembaruan teori kedokteran Yunani yang dirintis oleh Hipokrates.
Dengan demikian, pada masa Harun al-Rasyid terdapat 800 orang dokter di Bagdad. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya kemajuan ilmu kedokteran pada masa dinasti Abbasiyah.2 Diantara tokoh-tokoh dalam bidang kedokteran pada masa dinasti Abbasiyah ini adalah Ali bin Rabban at- Tabari yang menulis Firdaus al-Hikmah pada tahun 805 M.
Kemudian setelah Tabari lahir pula tokoh-tokoh ahli kedokteran lain seperti ar-Razi, Ali bin al-Abbas, Ibnu Sina, Jabir bin Hayyan, al-Kindi, dan al-Farabi. Sejak itulah lahir para tokoh kedokteran lain baik di Baghdad, Mesir, Syuriah, Persia, Spanyol, Aprika Utara, sampai India.
Kemajuan Ilmu Astronomi
Selain ilmu kedokteran, pada masa dinasti Abbasiyah lahir pula ilmu astronomi atau ilmu falak. Ilmu ini lahir karena berkaitan erat dengan beberapa ketentuan dalam Islam seperti penentuan awal waktu shalat, penentuan arah kiblat, dan penentuan awal bulan qamariyah.
Diantara tokoh dalam bidang Astronomi adalah Al-Biruni yag mendapatkan julukan al-Ustadz fil `ulum (bapak berbagai ilmu), Nasiruddin at-Tusi yang memodifikasi model semesta Ptolomeus dengan prinsip- prinsip mekanika untuk menjaga keseragaman rotasi benda-benda langit.
Al-Khawarizmi di Baghdad yang membuat tabel-tabel untuk menentukan saat terjadinya bulan baru, terbit dan terbenamnya matahari, bulan, planet dan untuk prediksi gerhana. Al-Khawarizmi juga mengembangkan matematika trigonometri dan sistem bilangan dengan angka 0 (nol).
Masa Disintegrasi
Masa disintegrasi ini terjadi dalam bidang politik. Di mana daerah-daerah yang jauh letaknya dari pusat pemerintahan di Damaskus dan di Bagdad, melepaskan diri dari kekuasaan Khalifah di pusat dan menculah dinasti-dinasti kecil.
Periode Pertengahan
Abad pertengahan dalam dunia Islam mulai dari abad XIII sampai dengan abad XVIII. Dalam sejarah, akhir abad ke XVIII adalah masa dimana dikenal “masa gelap” bagi dunia Islam. Preseden kemunduran Islam sebenarnya sudah ada sejak jauh-jauh hari.
Kemunduran Islam ini ditandai dengan kejatuhan imperium-imperium kesultanan di dunia Islam karena perebutan kekuasaan. Kemunduran Islam pada abad pertengahan ini terjadi karena adanya stagnasi terutama di bidang sains dan teknologi.
Menurut M. Umer Chapra, setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan stagnasi tersebut, yaitu:
- Menurunnya dukungan finansial dari Negara
- Menurunnya peran Negara membuat sektor swasta, dalam hal ini badan-badan wakaf, menanggung beban berat dalam bidang pendidikan.
- Pemaksaan kaum rasionalis untuk memasukkan pandangan-pandangan mereka yang bertentangan dengan pandangan masyarakat, dibarengi reaksi balik di atasnya, telah menceraikan sains dari sekolah-sekolah keagamaan.
Menurut Mujamil Qomar, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran Islam pada masa pertengahan ini, factor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
- Hancurnya Baghdad sebagai pusat kemajuan pemikiran umat Islam di pertengahan abad ke-XIII. Pada tahun 1258 M., Bagdad sebagai pusat peradaban Islam diserbu dan dihancurkan oleh Hulaqu Khan, seorang pemimpin bangsa Tar-tar.
Invansi ini dilakukan secara brutal dengan membantai penduduk. Sekitar 1.600.000 jiwa yang binasa dalam pembantaian itu, dan diantara mereka adalah para ulama, pemikir dan ilmuwan.
- Perpecahan yang terjadi di kalangan umat Islam. Perpecahan yang terjadi adalah
(a) perpecahan teologis antara Sunni dan Syi`ah, maupun perpecahan antara Mu`tazilah dengan Asy`ariyah bersama Maturidiyah.
(b) perpecahan etnik antara Arab dengan Persia.
(c) perpecahan yuridis atau hukum yang terjadi antara pengikut empat mazhab (para pengikut mazhab Hanafi, Maliki, Syafi`i, dan Hanbali).
(d) perpecahan mistik antara kaum sufi dan kaum syari`ah.
- Adanya paham jumud atau fatalisme (aqidah jabariyah). Paham jumud disini dimaksudkan bahwa umat Islam tidak menghendaki perubahan dan tidak mau menerima perubahan, hanya berpegang teguh pada tradisi yang mengakibatkan keadaan mereka menjadi beku dan statis.
- Perubahan sistem pemerintahan dalam Islam dari sistem kekhalifahan menjadi sistem Kerajaan. Sistem kekhalifahan mencerminkan demokrasi sedangkan sistem Kerajaan mencerminkan auto- krasi.
- Kolonialisasi dan imperialisasi Barat. Penjajahan Barat biasanya diberlakukan kepada negara-negara yang masih lemah baik dari segi politik, militer, sosial, ekonomi, maupun pendidikan.
Kekuatan-kekuatan kaum muslimin berusaha dipatahkan sehingga tidak memiliki semangat dan potensi untuk melakukan perlawanan. Kekuatan militernya dihancurkan, kekuatan politiknya ditekan, kekuatan ekonominya dirampas, dan kekuatan pendidikannya dipersempit.
Periode Modern
Periode modern ini dimulai dari abad XVIII sampai dengan abad XX. Periode modern ini muncul sebagai bentuk kesadaran dari beberapa tokoh muslim ketika melihat dunia Islam mengalami kemunduran atau kejumudan sebagai akibat dari koloalisme dan imprealisme Barat di Negara-negara Islam pada XIX.
Motif pembaruan yang dilakukan oleh beberapa tokoh muslim, sebut saja seperti Muhammad Abduh dan Jamaludin al-Afghani, adalah karena apabila memotret ke belakang maka Islam telah menorehkan tinta emas peradabannya.
Oleh sebab itu, mereka berupaya untuk mengembalikan kemajuan peradaban Islam dulu yang telah lama tenggelam dalam panggung sejarah, yaitu abad pertengahan.
Kebangkitan Dari Krisis
Perubahan global membuat dunia Islam mengalami krisis. Dan krisis inilah yang kemudian mengisnpirasikan tokoh muslim kembali membuka lembaran sejarah awal munculnya kebangkitan Islam untuk merumuskan formulasi strategi kebangkitan Islam berhadapan dengan Barat secara efektif.
Barat sudah terlalu kuat untuk dilawan karena Barat sendiri sudah mendominasi berbagai diskursus dunia kontemporer, baik dalam bidang sains, politik, ekonomi, militer, dan lain sebagainya. Maka dari itu, tidak ada jalan lain kecuali Islam harus bangkit untuk mengimbangi gerak peradaban Barat.
Awal Kebangkitan
Akar-akar historis dari kebangkitan Islam pada abad modern untuk melakukan pembaruan adalah berawal ketika Napoleon Bonaparte mendaratkan pasukannya ke lembah Nil sekitar tahun 1798 (abad XVIII). Pada tahun inilah dijadikan sebagai gerbang awal dunia Arab (Islam) mulai bersentuhan dengan modernitas.
Jamaluddin al-Afghani (1839) adalah tokoh yang sangat berpengaruh dalam gerakan Islam dan berkenalan dengan mahasiswa muda al-Azhar yaitu Muhammad Abduh (1849). Abduh sendiri adalah pemikir Islam yang dijuluki sebagai “arsitek modernism Islam” oleh Esposito.
Menurut Abduh, kemunduran Islam disebabkan oleh ke-jumud-an yang sudah menjadi kronis di kalangan umat Islam sendiri.
Demikian Periodisasi sejarah Islam yang kami sampaikan. Semoga bermanfaat, dapat menambah wawasan, dan semoga bisa menjadi motifasi bagi kita semua untuk selalu berfikir berkemjuan, kreatif, inovatif dan tetap menjaga nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil ‘alamin.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabaraktuh.